Menu Tutup

Bukan Sekadar Angka: Mengukur Tingkat Keasaman Tanah Sangat Krusial

Kesehatan tanah sering kali menjadi faktor yang terlupakan dalam keberhasilan pertanian, padahal kualitas tanah adalah fondasi utama yang menentukan tumbuh kembang tanaman. Salah satu parameter terpenting yang sering diabaikan adalah tingkat keasaman tanah, yang dikenal juga sebagai pH tanah. Ini bukan sekadar angka yang tercantum di hasil lab, melainkan indikator vital yang memengaruhi ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Mengukur tingkat keasaman tanah secara rutin sangat krusial, terutama bagi petani dan pegiat pertanian yang ingin meningkatkan produktivitas hasil panen mereka.

Pada hari Kamis, 17 April 2025, di lahan pertanian milik Bapak Mulyadi di Desa Suka Makmur, tim peneliti dari Balai Penelitian Pertanian setempat menemukan fakta mengejutkan. Berdasarkan pengujian sampel tanah yang mereka lakukan, pH tanah di sebagian besar lahan tersebut berada pada kisaran 4,5 hingga 5,0, yang tergolong sangat asam. Kondisi ini menjelaskan mengapa tanaman padi yang ditanam Bapak Mulyadi tidak tumbuh optimal, meskipun ia sudah memberikan pupuk dalam dosis yang cukup. Kasus ini membuktikan bahwa pH tanah yang terlalu rendah atau terlalu tinggi bisa menghambat penyerapan nutrisi esensial seperti nitrogen, fosfor, dan kalium, bahkan jika nutrisi tersebut sudah tersedia di dalam tanah.

Untuk mengukur tingkat keasaman tanah, ada beberapa metode yang bisa digunakan. Cara paling sederhana adalah dengan menggunakan alat pH meter digital atau kertas lakmus khusus tanah. Kedua metode ini memungkinkan petani untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi pH tanah di lahan mereka. Namun, untuk hasil yang lebih akurat dan detail, disarankan untuk mengirim sampel tanah ke laboratorium. Di laboratorium, tim ahli akan melakukan analisis yang lebih mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis unsur hara lain yang mungkin terkandung dalam sampel tanah. Hasil analisis ini kemudian dapat dijadikan dasar untuk menentukan langkah perbaikan, misalnya dengan melakukan pengapuran untuk menaikkan pH tanah.

Sebagai contoh, pada bulan Mei 2025, Bapak Joko, seorang petani jagung di Kecamatan Bunga Raya, berhasil meningkatkan hasil panennya secara signifikan setelah mengikuti saran dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Saran tersebut diberikan setelah Bapak Joko mengukur tingkat keasaman tanahnya dan menemukan bahwa pH-nya terlalu rendah. Berdasarkan rekomendasi PPL, ia melakukan pengapuran dengan menambahkan kapur dolomit ke lahannya. Dalam beberapa bulan, ia melihat perbedaan yang nyata pada pertumbuhan tanamannya. Batang jagung menjadi lebih kokoh, daunnya lebih hijau, dan tongkol yang dihasilkan pun lebih besar. Kisah Bapak Joko ini menjadi bukti nyata bahwa pengelolaan pH tanah yang tepat bisa membawa dampak besar pada keberhasilan pertanian.

Meskipun terlihat sepele, mengukur tingkat keasaman tanah adalah langkah fundamental yang seharusnya menjadi bagian tak terpisahkan dari praktik pertanian modern. Dengan memahami kondisi pH tanah, petani bisa membuat keputusan yang lebih bijak terkait jenis tanaman yang cocok, jenis pupuk yang dibutuhkan, serta cara-cara perbaikan yang efektif. Pada akhirnya, keberhasilan pertanian tidak hanya diukur dari seberapa banyak pupuk yang diberikan, melainkan dari seberapa baik petani memahami dan mengelola kesehatan tanahnya.